Desa Kebondowo Menuju Smart Farming: Solusi Ketahanan Pangan Berkelanjutan

 


Desa Kebondowo, yang terletak di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, kini tengah bertransformasi menjadi desa percontohan Smart Farming berkat inovasi mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo melalui program PPK Ormawa (Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan). Program ini diberi nama AGROFLOAT: Inovasi Mina Padi Apung Berbasis Smart Farming untuk Mendorong Asta Cita Swasembada Pangan Desa Kebondowo.

Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas permasalahan klasik petani di wilayah sekitar Rawa Pening, yaitu lahan pertanian yang sering terendam air akibat fluktuasi permukaan air rawa. Kondisi tersebut membuat produktivitas padi menurun, bahkan sebagian lahan tidak bisa ditanami selama berbulan-bulan. Melalui pendekatan teknologi dan inovasi cerdas, tim mahasiswa berupaya mengubah keterbatasan tersebut menjadi peluang baru bagi ketahanan pangan desa.

Latar Belakang dan Permasalahan
Desa Kebondowo memiliki lahan pertanian yang subur dan sumber air melimpah. Namun, lokasi yang berdekatan dengan Rawa Pening membuat sebagian sawah tergenang air sepanjang tahun. Akibatnya, petani hanya dapat melakukan satu kali panen padi setiap tahun, dengan risiko gagal panen yang tinggi saat curah hujan meningkat. Selain itu, sebagian besar petani masih menggunakan metode tradisional dan belum banyak yang mengadopsi teknologi pertanian modern. Keterbatasan akses informasi dan pelatihan menjadi faktor penghambat kemajuan sektor pertanian di desa ini.

Solusi Inovatif: AGROFLOAT
Melihat kondisi tersebut, tim PPK Ormawa Universitas Ngudi Waluyo mencetuskan solusi inovatif berupa sistem Mina Padi Apung berbasis Smart Farming (AGROFLOAT). Melalui sistem ini, petani dapat menanam padi di atas air menggunakan media apung, sementara di bawahnya dipelihara ikan air tawar seperti nila atau lele. Konsep ini bukan hanya mengoptimalkan lahan yang semula tidak produktif, tetapi juga menggabungkan dua sektor unggulan desa: pertanian dan perikanan.

Sistem Smart Farming yang diterapkan mencakup:
- Pengaturan nutrisi tanaman dan kualitas air berbasis sensor.
- Penggunaan teknologi sederhana untuk memantau kondisi lingkungan.
- Pelatihan pengelolaan lahan tergenang menjadi media produktif.

Dengan penerapan metode ini, petani dapat memperoleh dua sumber penghasilan sekaligus—hasil panen padi dan hasil perikanan—serta meningkatkan efisiensi waktu dan biaya produksi.

Pemberdayaan dan Pelibatan Masyarakat
Program AGROFLOAT tidak hanya berfokus pada inovasi teknis, tetapi juga pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat. Tim mahasiswa berkolaborasi langsung dengan:
- Pemerintah Desa Kebondowo,
- Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, dan
- Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Banyubiru.

Melalui serangkaian kegiatan seperti pelatihan, sosialisasi, praktik lapangan, dan pembinaan kelompok tani, masyarakat desa diajak untuk berpartisipasi aktif dalam penerapan teknologi pertanian modern. Pendekatan ini tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membangun rasa memiliki dan tanggung jawab di kalangan petani agar program dapat berjalan berkelanjutan.

Kontribusi terhadap SDGs dan Asta Cita
Program AGROFLOAT sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs) poin ke-2 yaitu Zero Hunger, yang bertujuan mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, serta mendukung pertanian berkelanjutan. Selain itu, program ini turut mendukung Asta Cita poin ke-2, yakni memperkuat ketahanan nasional dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan.

Dengan mengoptimalkan sumber daya lokal dan teknologi cerdas, AGROFLOAT membantu masyarakat desa beradaptasi terhadap perubahan iklim sekaligus berkontribusi terhadap misi nasional menjaga kedaulatan pangan.




Dampak dan Harapan ke Depan
Penerapan sistem mina padi apung memberikan berbagai manfaat nyata:
- Produktivitas pertanian meningkat hingga dua kali lipat, karena petani dapat menanam di lahan yang sebelumnya tidak digunakan.
- Pendapatan petani bertambah dari hasil panen gabah dan ikan.
- Kesadaran teknologi meningkat, karena masyarakat mulai mengenal praktik pertanian berbasis data dan efisiensi.

Ke depan, Desa Kebondowo diharapkan menjadi ikon Smart Farming Kabupaten Semarang serta menjadi pusat pembelajaran dan percontohan pertanian berkelanjutan bagi desa-desa lain di sekitar Rawa Pening.

Penutup
Program PPK Ormawa Universitas Ngudi Waluyo melalui AGROFLOAT membuktikan bahwa inovasi dan semangat mahasiswa dapat membawa perubahan nyata di tingkat desa. Dari lahan yang semula dianggap tidak produktif, kini lahir sebuah model pertanian cerdas yang menginspirasi. Desa Kebondowo bukan hanya menjadi simbol kemajuan pertanian berkelanjutan, tetapi juga wujud nyata sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal dalam membangun masa depan pangan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar